Tak rugi memilikinya......

Dalam kasih sayang yang dirasakan untuk seorang abang dan sahabat, ada cinta yang bertandang tanpa dipinta. Namun ianya tetap terasa dan semakin mekar. Nurain tidak pernah menduga, Haikal yang dianggap sahabat mampu mengoyah perasaannya. Sejak berpisah dengan Norman, Haikal lah tempatnya bergantung. Segala suka dan tawa dikongsi bersama anak muda itu. Sedih dan pilunya, Haikal juga tempat dia mengadu. Haikal jadi pengganti Norman yang sudah berada entah di mana. Janji yang pernah dilontarkan padanya sewaktu perpisahan juga turut hilang bersama desis resahnya dalam sebuah penantian.

Haikal rela menjadi pelindung pada Nurain. Masih terdengar pesanan Norman padanya.

“Kal, Tolong jaga Ain…… untuk abang”

Malah tanpa pesanan itu pun dia akan tetap rela menjaga dan menjadi pelindung pada gadis itu. Hari berlalu, tahun berganti, segala yang dirasa hati menjadi tempat penyimpan segala cerita. Haikal dan Nurain bermain teka teki pada bisikan kasih. Tika teka teki terungkai, Norman hadir kembali diantara mereka. Dia turut menyimpan cerita pada bisikan rasa yang tidak terzahir. Hijab peraaannya masih tidak menemui pintu keberanian agar mampu melangkah dan membawa gadis idaman sama bersemayam di mahligai cintanya. Namun apa kan daya, dalam perancangan insan, allah juga merancang dan tentunya perancangan dan ketetapan dariNYA itu lebih ampuh dari segala yang ada di bumi. Akhirnya Nurain menjadi milik Norman biarpun luka hati tak siapa dapat merawat. Kehadiran Melissa mecetuskan perubahan pada Haikal lantas bagaikan belati melapah perasaan Nurain dan Normanlah doktor yang merawatnya….. menyembuhkan sakit dan menutup parut yang ada dengan kasih sayang dan cinta yang tiada duanya. Namun percaturan kehidupan tidak seindah yang kita inginkan. Dalam suka ada dugaan yang mengacah… Nurain, Norman dan Haikal di uji untuk melihat sejauh mana kesabaran dan ketabahan sekeping hati hinggalah akhirnya Haikal terpaksa pergi….. pergi bersama kasih sayang dan cinta yang tetap satu milik gadis bernama Nurain………

“TINGGALLAH PUJAAN”… Ungkapan yang amat memeritkan buat Nurain… Namun dia harus pasrah lantas merelakannya……

Takkan terganti segenap memori...

Takkan terpadam seluruh kenangan ...

Novel ini mengundang berbagai rasa yang sukar diungkap atau terzahir dalam bait kata-kata... airmata bagaikan tahu di mana harus tumpah... senyuman pasti mengacah lantas terbias di bibir tanpa pintaan. Tak rugi memilikinya lantaran sentuhan Mimie Afinie punya keunikan tersendiri yang sukar dicari jika sekadar memandang tanpa menghayati........